Komitmen Pertamina Capai Net Zero Emission Kian Nyata

Komitmen Pertamina Capai Net Zero Emission Kian Nyata

JAKARTA - Transformasi energi kini menjadi kebutuhan mendesak bagi industri global. Di tengah tantangan iklim dan tuntutan pasar yang semakin kompetitif, Pertamina berhasil membuktikan diri sebagai pelaku utama transisi energi hijau di Indonesia. 

Pada semester I tahun 2025, perusahaan energi nasional ini mencatat reduksi lebih dari satu juta ton emisi karbon. Keberhasilan tersebut tidak hanya menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan, tetapi juga menegaskan posisi Pertamina sebagai pelopor industri rendah karbon di tanah air.

Langkah ini mendapat perhatian dari para akademisi. Analis dari IPB University, Profesor Eka Intan Kumala Putri, menilai pencapaian tersebut menjadi tonggak penting yang akan memengaruhi arah kebijakan sektor energi ke depan.

Baca Juga

Harga Minyak Stabil di Tengah Sanksi dan Konflik Rusia Ukraina

Apresiasi Akademisi terhadap Peran Pertamina

Dalam keterangannya, Eka menyampaikan bahwa kiprah Pertamina dapat menjadi contoh nyata bagi industri lain.

“Sebagai trendsetter, industri-industri lain diharapkan mengikuti langkah Pertamina. Orang akan melihat bahwa sebagai perusahaan besar, Pertamina mampu mereduksi karbon dalam jumlah besar, supaya hasilnya kelihatan,” ujarnya.

Menurutnya, keberhasilan ini merupakan kombinasi dari berbagai inisiatif, terutama pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT). Mulai dari panas bumi, biofuel, bioetanol, hingga bioavtur dari minyak jelantah, semua strategi ini membuktikan keseriusan perusahaan dalam mendorong transisi menuju energi bersih.

Eka menegaskan, seluruh industri perlu bergerak ke arah produksi rendah karbon agar tetap memiliki daya saing. Dunia saat ini semakin selektif, hanya perusahaan yang ramah lingkungan yang mampu bertahan.

Implikasi Ekonomi dan Citra Positif

Dari perspektif ekonomi, langkah Pertamina dipandang sangat menguntungkan. Persaingan global menuntut setiap perusahaan untuk ramah lingkungan atau environmentally friendly. Perusahaan yang masih menggunakan metode produksi kotor akan semakin tersisih di pasar internasional.

“Ada insentif intangible, jika menggunakan produksi bersih, akan terbangun citra bahwa Pertamina ramah lingkungan,” jelas Eka.

Ia menambahkan, meskipun investasi teknologi rendah karbon bisa berdampak pada profit jangka pendek, manfaat jangka panjang jauh lebih besar. Perusahaan yang fokus pada sustainability akan mendapatkan keunggulan kompetitif di masa depan.

“Untuk jangka panjang, akan menjadi benefit bagi perusahaan. Sustainability itu ditentukan oleh produksi yang rendah karbon,” pungkasnya.

Bukti Nyata Komitmen Dekarbonisasi

Capaian ini juga ditegaskan langsung oleh manajemen Pertamina. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyampaikan bahwa realisasi dekarbonisasi hingga pertengahan 2025 telah menembus angka satu juta ton CO2 equivalen.

“Realisasi dekarbonisasi Pertamina hingga pertengahan 2025 telah menembus angka satu juta ton CO2 equivalen,” ucap Fadjar.

Menurutnya, hal ini sekaligus menjadi bukti komitmen perusahaan dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 yang telah ditetapkan pemerintah. Pertamina melihat reduksi karbon bukan hanya kewajiban, tetapi juga peluang untuk memperkuat daya saing perusahaan di tingkat global.

Dekarbonisasi sebagai Investasi Jangka Panjang

Pencapaian ini menggambarkan strategi Pertamina yang berorientasi jangka panjang. Alih-alih hanya mengejar keuntungan cepat, perusahaan menempatkan investasi pada teknologi rendah karbon sebagai pondasi masa depan.

Pendekatan ini sejalan dengan tren dunia. Banyak negara kini menekan sektor industri agar mengurangi emisi, dan hanya perusahaan yang mampu memenuhi standar hijau yang akan dipilih mitra internasional. Pertamina memandang hal ini sebagai peluang untuk memperluas pengaruh, sekaligus memperkuat posisi di pasar global.

Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan

Inisiatif yang dilakukan Pertamina tidak lepas dari komitmen pada energi baru dan terbarukan. Eksplorasi panas bumi menjadi salah satu fokus utama, mengingat Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia. 

Selain itu, pengembangan biofuel dan bioetanol membuka jalan bagi pengurangan emisi transportasi, sementara pemanfaatan minyak jelantah untuk bioavtur memberi kontribusi nyata bagi sektor penerbangan.

Setiap langkah tersebut tidak hanya mendukung dekarbonisasi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Dengan melibatkan rantai pasok lokal, inovasi energi terbarukan menciptakan nilai tambah sekaligus memperluas lapangan kerja.

Kontribusi bagi Target Nasional

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius mencapai Net Zero Emission pada 2060. Keberhasilan Pertamina menurunkan emisi lebih dari satu juta ton pada semester pertama 2025 menjadi bukti nyata kontribusi sektor energi terhadap target tersebut.

Dengan keberhasilan ini, Pertamina menunjukkan bahwa perusahaan energi nasional mampu bergerak sejalan dengan agenda global. Langkah-langkah yang dilakukan tidak hanya memperkuat citra positif di mata internasional, tetapi juga membangun kepercayaan masyarakat Indonesia bahwa transisi energi benar-benar dapat diwujudkan.

Apresiasi dari kalangan akademisi terhadap capaian Pertamina menjadi motivasi tambahan untuk terus melanjutkan agenda dekarbonisasi. 

Ke depan, tantangan semakin besar, namun komitmen perusahaan dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan diyakini akan membawa dampak positif bagi keberlanjutan lingkungan maupun daya saing ekonomi nasional.

Dengan segala langkah yang telah ditempuh, Pertamina semakin mantap menempatkan dirinya sebagai pelopor industri hijau di Indonesia. Pencapaian reduksi emisi ini menjadi titik awal dari perjalanan panjang menuju masa depan energi bersih yang lebih andal dan berkelanjutan.