Jakarta - PLN Indonesia Power (PLN IP) terus berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah pembangkit. Melalui Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang, PLN IP menjalankan berbagai program inovatif yang menyasar masyarakat pesisir utara Pulau Jawa. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen korporasi untuk turut serta dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menjelaskan bahwa PLN IP UBP Semarang telah menginisiasi program pendampingan kelompok petani ikan serta pemberdayaan UMKM pengolahan hasil tangkapan di wilayah Semarang.
“PLN IP UBP Semarang melaksanakan program TJSL pemberdayaan masyarakat yang disusun berdasarkan hasil pemetaan sosial yang dilakukan oleh perusahaan,” ujar Edwin.
Karena letak pembangkit berada di wilayah pesisir, PLN IP UBP Semarang menghadapi tantangan dalam mengembangkan program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat pesisir.
Sementara itu, Senior Manager PLN Indonesia Power UBP Semarang, Flavianus Erwin Putranto, menyampaikan bahwa program ini dirancang untuk menciptakan rantai nilai ekonomi yang berkelanjutan di lingkungan masyarakat sekitar pembangkit.
Untuk menjalankan program tersebut, PLN IP UBP Semarang berkolaborasi dengan kelompok nelayan ikan di Kelurahan Tanjung Mas, serta melakukan pengembangan potensi kelautan seperti keramba jaring tancap. Atas pendampingan ini, kelompok nelayan tersebut berhasil meraih omzet hingga 60 juta rupiah per bulan.
“Sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang terdampak langsung oleh aktivitas pembangkit, UBP Semarang memberikan bantuan berupa peningkatan kapasitas kelompok, penyediaan alat produksi operasional nelayan, serta pemberian bibit ikan bandeng,” tambah Erwin.
PLN IP UBP Semarang juga bekerja sama dengan kelompok pengolahan ikan Koperasi Prima Indo Sutera dan Kelompok Pengolah dan Pemasar (Poklahsar) Putri Laut sebagai mitra hilir untuk memasarkan hasil olahan ikan bandeng dari kelompok nelayan.
“Dibantu oleh local hero, PLN IP memberikan bantuan berupa pengembangan kapasitas, peralatan produksi, pemasaran produk, dan sertifikasi,” jelas Erwin.
PLN IP UBP Semarang turut mengimplementasikan inovasi berupa Low Temperature High Pressure Cooker (LTHPC) kepada kelompok pengolah ikan bandeng. Alat ini dikembangkan dengan memanfaatkan sisa turbin compartment yang tidak terpakai sebagai bahan dasar, serta telah dimodifikasi untuk dapat menggunakan tenaga listrik.
Penggunaan LTHPC mampu meningkatkan efisiensi produksi olahan ikan bandeng, sehingga menekan biaya produksi dan meningkatkan pendapatan hingga 177 juta rupiah.
“Alat ini telah dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan tenaga listrik, sehingga semakin meningkatkan efisiensi proses produksi,” ungkap Erwin.
Keberhasilan pemberdayaan ini pun telah direplikasi hingga kelompok ketiga, yakni Poklahsar Global Milkfish.
Ketua Poklahsar Putri Laut, Suhartono, menyampaikan bahwa program yang dijalankan oleh PLN IP UBP Semarang sangat membantu operasional usaha, yang berimbas pada peningkatan kesejahteraan anggota kelompok.
“Dengan penggunaan LTHPC, kami bisa menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Awalnya kami hanya bisa memproduksi 5 kg bandeng sekali masak, namun kini kapasitas produksi meningkat menjadi 40-50 kg,” ujar Suhartono.
Selain program pemberdayaan perikanan, PLN IP UBP Semarang juga mendukung pengembangan UMKM Kopi Endemix dan kelompok tani Berkah Wana Lestari di daerah Ngesrep Balong, Kendal, sebagai bagian dari upaya konservasi lingkungan di wilayah konservasi keanekaragaman hayati. Produk UMKM Kopi Endemix bahkan telah berhasil menembus pasar nasional dengan merek dagang Kopi Endemica.
Dengan memberdayakan 15 petani kopi dan 22 anggota Pokdarwis Pucue’ Kendal, program ini berdampak pada peningkatan pendapatan hingga periode Januari-Juli 2024, dengan total pendapatan mencapai 315 juta rupiah untuk kelompok tani dan 100 juta rupiah untuk UMKM Kopi Endemix.
Wahyudi, seorang local hero UMKM Endemix, menjelaskan bahwa program ini telah mendorong perubahan perilaku masyarakat sekitar. Yang semula sebagai pemburu satwa langka, kini beralih menjadi aktivis lingkungan yang melindungi keanekaragaman hayati.
“Dengan adanya program ini, 15 pemuda desa kini memperoleh penghasilan rata-rata Rp1.030.000,- per bulan. Penghasilan ini sangat membantu perekonomian keluarga, sekaligus memberikan keterampilan baru seperti pengelolaan desa wisata dan keahlian sebagai barista,” tutup Wahyudi.