JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintahannya untuk memperkuat kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Afrika Selatan, khususnya melalui pembentukan Perjanjian Dagang Preferensial (PTA) atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA).
Menurutnya, langkah ini sangat penting untuk memastikan hubungan ekonomi yang lebih seimbang di tengah tantangan ekonomi global.
Pernyataan itu disampaikan Prabowo dalam pidato bersama Presiden Afrika Selatan, Matamela Cyril Ramaphosa, dalam acara Joint Statement di Istana Merdeka, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, Prabowo menekankan pentingnya peningkatan kerja sama strategis antarkedua negara, terutama dalam bidang perdagangan dan investasi.
“Di bidang ekonomi, perdagangan telah meningkat secara signifikan dalam lima tahun terakhir. Namun tentu saja, kami ingin melanjutkan dan meningkatkan perdagangan dengan situasi yang lebih seimbang,” ujar Prabowo.
Menurut Prabowo, hubungan dagang Indonesia dan Afrika Selatan selama ini menunjukkan tren positif, tetapi masih perlu diperkuat agar kedua negara dapat memperoleh manfaat yang setara.
Langkah Konkret Menuju Perjanjian Dagang Baru
Presiden Prabowo menilai bahwa baik Indonesia maupun Afrika Selatan memiliki peluang besar untuk memperluas kerja sama ekonomi melalui berbagai instrumen kemitraan yang saling menguntungkan. Ia mengungkapkan, pembentukan perjanjian dagang yang lebih terarah menjadi salah satu prioritas dalam diplomasi ekonomi pemerintahannya.
“Kami memahami bahwa kami ingin mengambil langkah-langkah untuk memiliki, mungkin, perjanjian perdagangan preferensial atau perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif. Di masa ketidakpastian ekonomi internasional ini, saya pikir sangat penting bagi kami untuk mengembangkan hubungan baru dan hubungan yang lebih kuat,” tutur Prabowo.
Dorongan terhadap pembentukan PTA atau CEPA, menurutnya, sejalan dengan visi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor nontradisional dan memperkuat posisi Indonesia di kawasan Selatan Global. Prabowo menilai, di tengah kondisi global yang dinamis, kemitraan dengan Afrika Selatan dapat menjadi salah satu tumpuan baru bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia ke Afrika Selatan pada 2023 mencapai US$843,11 juta, dengan komoditas utama berupa lemak dan minyak hewan, termasuk minyak sawit, yang mencapai US$390,65 juta.
Sementara pada 2024, total perdagangan kedua negara tercatat sebesar US$2,41 miliar, terdiri atas ekspor Indonesia senilai US$790,40 juta dan impor dari Afrika Selatan senilai US$1,62 miliar.
Pada periode Januari–Agustus 2025, total perdagangan kedua negara mencapai sekitar US$1,42 miliar, dengan ekspor Indonesia sebesar US$690,60 juta dan impor US$732,10 juta.
Produk ekspor utama Indonesia ke Afrika Selatan tetap didominasi oleh minyak nabati, sementara impor terbesar berasal dari komoditas besi, baja, bijih, terak, abu, serta pesawat terbang dan suku cadangnya.
Afrika Selatan, Mitra Strategis dan Sahabat Sejarah
Selain membahas peningkatan hubungan ekonomi, Presiden Prabowo juga menyoroti kedekatan historis antara Indonesia dan Afrika Selatan. Ia menyebut kedua negara memiliki banyak kesamaan dalam perjalanan sejarah perjuangan melawan kolonialisme dan ketidakadilan.
“Kami menganggap Afrika Selatan sebagai pemimpin yang sangat penting di dunia, dan kami memiliki banyak kesamaan sejarah perjuangan panjang melawan kolonialisme dan memperjuangkan kebebasan,” ujar Prabowo.
Dalam pandangannya, perjuangan rakyat Afrika Selatan di bawah kepemimpinan Presiden Cyril Ramaphosa merupakan cerminan kekuatan dan idealisme yang patut dihargai. Prabowo menegaskan, Indonesia mengagumi keteguhan rakyat Afrika Selatan dalam menghadapi masa-masa sulit, khususnya dalam melawan apartheid dan memperjuangkan kesetaraan.
“Kami mengagumi kekuatan, idealisme, dan keberanian perjuangan rakyat Afrika Selatan melawan ketidakadilan dan apartheid,” ujarnya.
Presiden kedelapan Republik Indonesia itu juga menilai bahwa kunjungan Presiden Ramaphosa ke Indonesia menjadi momentum penting dalam memperdalam hubungan persahabatan kedua negara yang telah terjalin lama.
“Kunjungan ini, menurut saya, merupakan tonggak penting dalam hubungan kami. Kami berdiskusi dengan baik hari ini mengenai hubungan bilateral antara negara kita,” kata Prabowo menambahkan.
Momentum Baru untuk Diplomasi Ekonomi Selatan Global
Kunjungan kenegaraan Presiden Cyril Ramaphosa ke Jakarta menandai langkah strategis dalam memperkuat hubungan bilateral Indonesia–Afrika Selatan. Kedua negara sama-sama menjadi bagian dari kelompok BRICS, forum kerja sama ekonomi antara negara-negara berkembang dengan pengaruh besar di kancah global.
Prabowo menilai, dalam konteks ini, kerja sama antara Indonesia dan Afrika Selatan memiliki arti strategis tidak hanya bagi kedua negara, tetapi juga bagi stabilitas dan kemajuan ekonomi di kawasan Selatan Global.
Ia berharap kolaborasi yang diperkuat melalui PTA atau CEPA dapat membuka peluang investasi baru, memperluas akses pasar, serta menciptakan keseimbangan perdagangan yang lebih adil.
Presiden Ramaphosa sendiri menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat yang diterimanya selama kunjungannya ke Jakarta. Ia menyebut, kunjungan tersebut merupakan bagian dari upaya memperkuat hubungan strategis antara Afrika Selatan dan Indonesia dalam berbagai bidang, terutama perdagangan dan pembangunan ekonomi.
Ramaphosa menilai bahwa semangat solidaritas dan kesetaraan yang menjadi dasar hubungan kedua negara perlu terus dijaga dalam menghadapi dinamika global.
Dengan potensi sumber daya yang besar dan kesamaan pandangan dalam memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang, kedua pemimpin berharap hubungan bilateral ini bisa menjadi contoh kemitraan yang berkeadilan dan berkelanjutan.
Bagi Prabowo, diplomasi ekonomi dengan Afrika Selatan bukan hanya soal nilai perdagangan, tetapi juga tentang memperluas jejaring kerja sama strategis di kawasan selatan dunia.
Ia menegaskan, di tengah ketidakpastian ekonomi global, solidaritas Selatan–Selatan harus diperkuat sebagai strategi bersama untuk mencapai kemandirian ekonomi dan keseimbangan hubungan internasional.
Dengan langkah konkret menuju perjanjian dagang yang komprehensif, Indonesia dan Afrika Selatan diharapkan mampu membuka babak baru dalam sejarah hubungan bilateral yang lebih kuat, seimbang, dan saling menguntungkan.