Pergerakan Rupiah Hari Ini: 21 Oktober 2025 Diprediksi Fluktuatif

Selasa, 21 Oktober 2025 | 09:27:15 WIB
Pergerakan Rupiah Hari Ini: 21 Oktober 2025 Diprediksi Fluktuatif

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025, diprediksi mengalami pergerakan fluktuatif dengan kecenderungan melemah. 

Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.570 hingga Rp16.600 per dolar AS. Kondisi ini menjadi cerminan dari berbagai sentimen global dan domestik yang terus bergulir dan memengaruhi pergerakan mata uang Garuda.

Pada hari sebelumnya, rupiah menutup perdagangan dengan penguatan tipis sebesar 0,09 persen atau 15 poin ke level Rp16.575 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS juga mengalami penguatan sebesar 0,07 persen ke posisi 98,50. 

Kenaikan indeks dolar AS ini menunjukkan bahwa mata uang AS masih cukup kuat di pasar global, sehingga memberikan tekanan terhadap rupiah.

Meredanya Kekhawatiran Perang Dagang AS-China

Salah satu faktor utama yang turut memengaruhi pergerakan rupiah adalah sentimen global terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan China. 

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyebut bahwa meredanya kekhawatiran pasar atas konflik perdagangan ini memberikan sentimen positif terhadap rupiah.

Presiden AS Donald Trump menyuarakan keraguannya atas berlanjutnya perang dagang dengan China dan menegaskan bahwa perundingan dengan Beijing tetap berjalan sesuai rencana. 

“Trump mengatakan ia memandang tarif tinggi terhadap China sebagai ‘tidak berkelanjutan,’ dan bahwa ia akan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan dalam dua minggu,” ujar Ibrahim.

Pernyataan ini memberikan angin segar di pasar yang selama ini terbebani oleh ketegangan perdagangan global. Pasar global yang lebih optimistis cenderung meningkatkan permintaan terhadap aset berisiko, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.

Kebijakan Moneter The Fed dan Dampaknya pada Rupiah

Selain ketegangan perang dagang, kebijakan moneter The Fed AS juga menjadi fokus utama para investor dan pelaku pasar dalam menentukan arah nilai tukar rupiah. Saat ini, pernyataan dari pejabat The Fed masih menunjukkan pandangan yang beragam, yang membuat pasar cenderung berhati-hati.

Ibrahim menjelaskan bahwa beberapa pejabat Federal Reserve, seperti Alberto Musalem dari The Fed St. Louis, mendukung penurunan suku bunga pada pertemuan Oktober 2025, sebagai upaya menstimulasi ekonomi. Namun, mereka tetap berkomitmen untuk mencapai target inflasi sebesar 2 persen.

Gubernur The Fed Christopher Waller juga mengafirmasi pandangan tersebut, sementara Neel Kashkari dari The Fed Minneapolis mengatakan bahwa ekonomi AS tidak melambat separah yang diperkirakan. Pernyataan ini menimbulkan ketidakpastian mengenai kapan dan seberapa besar penurunan suku bunga akan dilakukan.

Ketidakpastian ini berimbas pada pergerakan dolar AS yang relatif kuat, sehingga memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Stimulus Ekonomi Dalam Negeri dan Efeknya terhadap Rupiah

Di sisi lain, sentimen domestik juga memengaruhi nilai tukar rupiah. Pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan tambahan anggaran sebesar Rp30 triliun untuk program Bantuan Langsung Tunai Kesejahteraan Rakyat (BLT Kesra), yang akan diberikan kepada 35 juta keluarga selama periode Oktober hingga Desember 2025.

Program ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat dalam jangka pendek, namun menurut Ibrahim, efeknya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan diperkirakan terbatas. 

“Program berbasis konsumsi seperti BLT hanya memberikan dorongan jangka pendek. Untuk memperkuat ekonomi secara berkelanjutan, pemerintah perlu memperbesar porsi kebijakan yang mendorong ekspor, investasi, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia,” ujarnya.

Stimulus seperti ini memang penting untuk menjaga konsumsi, tapi perlu diimbangi dengan kebijakan lain yang lebih strategis agar ekonomi dapat tumbuh secara berkelanjutan dan rupiah lebih stabil.

Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini

Dengan berbagai sentimen yang berlawanan antara optimisme meredanya perang dagang dan ketidakpastian kebijakan moneter AS, bersama dengan stimulus domestik yang masih terbatas dampaknya, pergerakan rupiah diperkirakan akan fluktuatif.

Ibrahim memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari Selasa, 21 Oktober 2025 akan bergerak dalam kisaran Rp16.570 hingga Rp16.600 per dolar AS dengan kecenderungan melemah.

Pasar diperkirakan masih menunggu informasi lebih lanjut dari kebijakan The Fed dan perkembangan negosiasi perdagangan AS-China sebelum menentukan arah yang lebih jelas.

Peran Nilai Tukar Rupiah dalam Stabilitas Ekonomi Nasional

Nilai tukar rupiah memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Pergerakan rupiah yang stabil dapat memberikan kepercayaan kepada investor dan pelaku usaha, sementara fluktuasi yang tinggi dapat menimbulkan ketidakpastian dan tekanan inflasi.

Dinamika nilai tukar yang terjadi saat ini menunjukkan bagaimana pasar merespons kondisi global dan domestik secara simultan. Penguatan rupiah tipis pada awal pekan merupakan sinyal positif, namun penguatan indeks dolar AS tetap menjadi faktor penahan bagi rupiah untuk bergerak lebih kuat.

Dalam kondisi seperti ini, pengelolaan kebijakan makroekonomi yang efektif sangat dibutuhkan, termasuk sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan reformasi struktural untuk mendukung daya saing ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Pasar valuta asing merupakan salah satu indikator ekonomi yang sensitif terhadap perubahan global dan domestik. Saat ini, rupiah menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS yang disebabkan ketidakpastian kebijakan The Fed, serta pengaruh risiko geopolitik dan perdagangan global.

Namun, ada harapan bahwa perundingan dagang AS-China yang berlanjut secara positif dapat meredakan ketegangan dan memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat. 

Di sisi lain, stimulus ekonomi domestik yang lebih fokus pada pembangunan kapasitas dan investasi dipandang sebagai kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Investor dan pelaku pasar diharapkan tetap waspada dan mengikuti perkembangan situasi ekonomi global dan domestik. Ke depan, pergerakan rupiah akan sangat tergantung pada bagaimana kedua faktor tersebut berkembang serta respons kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan otoritas moneter.

Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 21 Oktober 2025, diperkirakan akan mengalami fluktuasi dengan kecenderungan melemah di rentang Rp16.570 hingga Rp16.600 per dolar AS. 

Sentimen global dari meredanya ketegangan perang dagang AS-China dan ketidakpastian kebijakan The Fed menjadi faktor utama yang memengaruhi pergerakan rupiah.

Sementara itu, stimulus ekonomi domestik melalui program BLT Kesra memberikan dorongan konsumsi jangka pendek, namun belum cukup untuk memperkuat fundamental ekonomi secara signifikan. 

Pengelolaan kebijakan makroekonomi yang terintegrasi dan strategis menjadi kunci agar rupiah dapat bergerak lebih stabil dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Terkini