Rupiah dan Dolar AS: Pergerakan Terbaru yang Perlu Diperhatikan

Senin, 20 Oktober 2025 | 11:53:04 WIB
Rupiah dan Dolar AS: Pergerakan Terbaru yang Perlu Diperhatikan

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan bergerak fluktuatif pada perdagangan awal pekan, Senin 20 Oktober 2025. Meski demikian, peluang rupiah ditutup melemah di kisaran Rp16.580–Rp16.630 per dolar AS masih terbuka cukup besar.

Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat 17 Oktober 2025, rupiah melemah tipis sebesar 0,05% atau 9 poin ke posisi Rp16.590 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS turun 0,16% ke angka 98,18, menandakan tekanan yang cukup berimbang di pasar valuta asing.

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menyatakan, sentimen pasar kini semakin mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dalam rapat Oktober mendatang. Hal ini didukung oleh data ekonomi AS yang menunjukkan inflasi mulai melandai dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Nada Dovish The Fed dan Dampaknya pada Pasar Valuta Asing

Ketua The Fed, Jerome Powell, sebelumnya mengadopsi sikap dovish dengan mengisyaratkan risiko penurunan di pasar tenaga kerja. Ia menegaskan bahwa kebijakan moneter bank sentral akan selalu berlandaskan pada data ekonomi terbaru di setiap pertemuan.

Dukungan terhadap pelonggaran moneter pun terus bertambah di jajaran The Fed. Gubernur Christopher Waller menginginkan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober, sedangkan gubernur baru Stephen Miran justru mendukung langkah yang lebih agresif.

Kondisi ini menimbulkan ekspektasi positif bahwa The Fed akan segera mengendurkan kebijakan ketatnya. Imbasnya, dolar AS berpotensi melemah, yang pada akhirnya berpengaruh pada penguatan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Namun, volatilitas tetap akan tinggi mengingat ketegangan perdagangan global masih membayangi pasar. Investor masih waspada terhadap dinamika hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang belum menunjukkan tanda mereda.

Ketegangan Perdagangan AS-Tiongkok dan Implikasinya bagi Rupiah

Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif tambahan 100% atas seluruh impor dari Tiongkok mulai bulan depan. Kebijakan ini sebagai respons atas pembatasan Beijing terhadap pengiriman logam tanah jarang, yang krusial bagi berbagai industri.

Ancaman eskalasi perang dagang ini menjadi faktor risiko utama yang berpotensi menekan sentimen pasar terhadap aset berisiko, termasuk rupiah. Ketegangan dagang dapat memperlambat arus investasi dan perdagangan global, yang berdampak negatif pada ekonomi Indonesia.

Meski demikian, ketahanan ekonomi domestik menunjukkan hasil yang cukup positif. Realisasi investasi di Indonesia pada kuartal III tahun 2025 tercatat sebesar Rp491,4 triliun. Secara kumulatif, investasi Januari hingga September mencapai Rp1.434,3 triliun atau 75,3% dari target tahunan sebesar Rp1.905,6 triliun.

Investasi Dalam Negeri dan Penyerapan Tenaga Kerja yang Meningkat

Pertumbuhan investasi pada kuartal III tercatat sebesar 13,9% secara tahunan (year on year/YoY). Menariknya, investasi di luar Pulau Jawa menyumbang porsi lebih besar, yaitu 54,1%, dibandingkan wilayah Jawa yang hanya 45,9%.

Peningkatan investasi ini juga berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja, yang naik menjadi 696.478 orang dibanding kuartal sebelumnya sebanyak 665.764 orang. Angka tersebut menunjukkan daya serap tenaga kerja yang semakin kuat dari sektor investasi.

Dari sisi Penanaman Modal Asing (PMA), realisasi mencapai Rp212 triliun atau 43,1% dari total investasi. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp279,4 triliun atau 56,9%. Hal ini menggambarkan keseimbangan antara modal asing dan domestik yang berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi.

Investor asing terbesar di Indonesia masih didominasi oleh Singapura dengan nilai investasi US$3,8 miliar. Disusul Hong Kong US$2,7 miliar, China US$1,9 miliar, Malaysia US$1 miliar, dan Amerika Serikat US$800 juta, memperlihatkan diversifikasi sumber modal asing.

Proyeksi Rupiah Pekan Ini di Tengah Sentimen Global dan Domestik

Mengingat berbagai faktor global maupun domestik yang memengaruhi, Ibrahim memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bergerak fluktuatif sepanjang perdagangan hari ini, Senin 20 Oktober 2025. Namun secara keseluruhan, rupiah diprediksi akan melemah di kisaran Rp16.580 sampai Rp16.630 per dolar AS.

Fluktuasi ini dipicu oleh dinamika kebijakan moneter The Fed yang cenderung melunak, ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang belum usai, serta sentimen pasar terhadap perkembangan investasi dan pertumbuhan ekonomi domestik. Kombinasi faktor tersebut menciptakan tekanan dan peluang sekaligus bagi pergerakan rupiah.

Di tengah ketidakpastian pasar global, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat menjadi faktor penahan pelemahan rupiah. Namun investor tetap mengedepankan kehati-hatian dalam mengambil posisi, sehingga volatilitas nilai tukar diperkirakan akan tetap tinggi.

Dengan berbagai tantangan dan peluang tersebut, pengawasan ketat dan kebijakan makroekonomi yang adaptif menjadi kunci agar nilai tukar rupiah dapat terjaga stabil. Pemerintah dan pelaku pasar diharapkan terus memantau dinamika global dan domestik agar dapat merespons dengan cepat setiap perubahan kondisi pasar.

Terkini