Perdagangan Karbon: Langkah Pertamina Group Wujudkan Target Net Zero Emission

Selasa, 13 Agustus 2024 | 00:44:25 WIB

JAKARTA - Penjualan kredit karbon oleh Pertamina NRE di bursa karbon mengalami peningkatan yang signifikan. Kesadaran industri akan perubahan iklim mendorong perusahaan untuk lebih aktif dalam mengurangi emisi dari operasional mereka. Peningkatan ini terlihat jelas dari pertumbuhan volume penjualan kredit karbon oleh Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE).

Pada 26 September 2023, Pertamina NRE menjadi pelopor dalam perdagangan kredit karbon saat peluncuran IDX Carbon. Selama sesi perdana tersebut, volume kredit karbon yang diperdagangkan mencapai sekitar 864 ribu ton CO2e. Pada perdagangan pertama, sekitar 460 ribu ton CO2e terjual, dan pada Juli 2024, penjualan kredit karbon meningkat menjadi sekitar 565 ribu ton CO2e. Saat ini, Pertamina NRE menguasai 93 persen pangsa pasar kredit karbon di Indonesia.

Menurut Dicky Septriadi, Corporate Secretary Pertamina NRE, “Kami memiliki komitmen yang kuat terhadap dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya melalui perdagangan kredit karbon untuk mendukung pengurangan emisi, khususnya di sektor industri. Kami memiliki berbagai portofolio hijau dan energi bersih yang berpotensi menghasilkan kredit karbon, dan kami sangat terbuka untuk kolaborasi dengan industri yang ingin mengurangi emisi dari aktivitas mereka.”

Kredit karbon yang dimiliki Pertamina NRE berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 dan 6 yang dikelola oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), anak perusahaan Pertamina NRE. Kredit karbon ini, yang dihasilkan dari periode 2016 hingga 2020, memiliki volume sekitar 864 ribu ton CO2e dan telah mematuhi standar nasional yang ditetapkan oleh KLHK.

Perdagangan karbon merupakan inisiatif hijau yang memiliki potensi besar untuk mendukung pencapaian enhanced nationally determined contribution (ENDC) Indonesia, dengan target sebesar 31,89 persen tanpa dukungan internasional dan 43,2 persen dengan dukungan internasional. Dukungan regulasi yang memadai sangat penting untuk membangun ekosistem bisnis karbon yang solid. Potensi Indonesia sangat besar, baik yang berbasis teknologi maupun berbasis alam, berkat kekayaan energi bersih dan hutan yang ada.

Dicky menambahkan bahwa ke depan, Pertamina NRE tidak hanya akan mengandalkan PLTP untuk kredit karbon, tetapi juga akan mencakup sumber energi bersih lainnya. Misalnya, Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 memiliki potensi untuk menghasilkan sekitar 3 juta ton CO2e setiap tahunnya. Kredit karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) Sei Mangkei juga sedang dalam proses validasi, dengan estimasi 150 ribu ton CO2e untuk periode 2021 hingga 2023 dan 200 ribu ton CO2e untuk periode 2024 hingga 2027.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menambahkan bahwa Pertamina mendorong semua lini bisnisnya untuk terlibat dalam perdagangan karbon. Hal ini sejalan dengan komitmen Pertamina Group dalam dekarbonisasi, yang bertujuan untuk mempercepat pencapaian target pengurangan emisi karbon.

"Pertamina berkomitmen untuk dekarbonisasi di seluruh lini bisnisnya dan bekerja sama dengan mitra untuk mencapai target Net Zero Emission," kata Fadjar.

Pertamina NRE berkomitmen untuk mendukung pencapaian net zero emission paling lambat tahun 2060 dan menjadi pelopor dalam transisi energi melalui berbagai inisiatif hijau dan pengembangan bisnis berkelanjutan.

Sebagai perusahaan terdepan dalam transisi energi, Pertamina berkomitmen untuk mendukung target Net Zero Emission 2060 dan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Semua upaya ini mendukung penerapan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh aspek bisnis dan operasi Pertamina.
 

Terkini