Proyek IKN Mandek, Hotel di Kaltim Jadi Korban Paling Berat

Selasa, 07 Oktober 2025 | 15:37:04 WIB
Proyek IKN Mandek, Hotel di Kaltim Jadi Korban Paling Berat

JAKARTA - Kalimantan Timur yang semula digadang-gadang bakal menjadi pusat pertumbuhan baru pariwisata bisnis dan perhotelan kini menghadapi pukulan telak. 

Terhentinya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) membuat tingkat keterisian kamar hotel di provinsi ini anjlok drastis, bahkan menjadi yang paling terdampak di antara daerah lain di Indonesia.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, menegaskan bahwa fenomena penurunan okupansi hotel tidak hanya bersifat lokal, melainkan terjadi secara nasional. Namun, ia menyebut Kalimantan Timur sebagai wilayah dengan koreksi paling tajam.

“Karena IKN yang mandek. Enggak ada yang datang lagi,” ujar Hariyadi saat ditemui di Kantor Kementerian Pariwisata, Jakarta.

Menurut Hariyadi, kondisi tersebut sangat kontras dengan situasi dua tahun lalu. 

Pada 2023, Kalimantan Timur bahkan sempat mencatatkan okupansi hotel tertinggi kedua setelah Bali, sebagian besar didorong oleh geliat pembangunan IKN yang menyedot ribuan kunjungan pekerja, vendor, maupun investor. Kini, ketika proyek tersebut mandek, denyut perekonomian hotel di kawasan itu pun ikut melemah.

Efisiensi Anggaran dan Lesunya Industri Swasta

Hariyadi menambahkan, merosotnya okupansi hotel tidak hanya dipicu oleh terhentinya proyek IKN, melainkan juga faktor lain yang bersifat nasional. Pemerintah melakukan efisiensi anggaran, sehingga jumlah kegiatan resmi yang biasanya digelar di hotel berkurang drastis.

Dampak serupa juga terlihat di sektor swasta. Menurutnya, perusahaan-perusahaan besar hingga vendor terkait mulai memangkas biaya perjalanan dan penyelenggaraan acara akibat situasi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.

“Ternyata industri itu juga mengurangi budget untuk 12 bulan... termasuk vendornya. Banyak yang mengurangi kunjungannya,” jelas Hariyadi.

Kombinasi faktor-faktor ini, kata dia, membuat hotel di berbagai daerah kehilangan banyak potensi pendapatan.

Data Okupansi Nasional Ikut Melemah

Secara nasional, angka keterisian kamar hotel dari Januari hingga Juni 2025 tercatat turun 3,54 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini menegaskan bahwa industri perhotelan masih menghadapi tantangan berat meski pariwisata domestik mulai pulih.

Hariyadi menilai, semester kedua tahun ini akan sangat menentukan. Ia berharap liburan akhir tahun dapat membantu meningkatkan okupansi, meski kemungkinan besar capaian 2025 tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.

“Paling tidak sama dengan tahun lalu, itu sudah bagus. Karena secara keseluruhan memang penurunannya cukup signifikan,” ungkapnya.

Bali, Yogya, dan Bandung Masih Stabil

Di tengah tekanan yang dialami banyak daerah, beberapa destinasi wisata utama masih menunjukkan daya tahan. Bali, misalnya, tetap menjadi magnet wisatawan mancanegara dan domestik, sehingga okupansi hotel relatif stabil.

Daerah lain seperti Yogyakarta, Solo, dan Bandung juga diprediksi akan tetap bertahan berkat reputasi mereka sebagai pusat budaya, pendidikan, dan wisata keluarga. Hariyadi menekankan bahwa daerah-daerah ini akan kembali menjadi primadona saat musim liburan akhir tahun tiba.

Kalimantan Timur Kehilangan Momentum

Meski demikian, cerita berbeda dialami Kalimantan Timur. Penurunan okupansi di wilayah ini dianggap sebagai sinyal kehilangan momentum akibat proyek IKN yang terhenti.

Hotel-hotel yang sebelumnya dipadati pekerja proyek dan kunjungan dinas kini menghadapi tingkat keterisian yang rendah. PHRI menilai tanpa kepastian kelanjutan pembangunan IKN, akan sulit bagi sektor perhotelan di Kaltim untuk segera bangkit.

Hal ini cukup disayangkan mengingat Kaltim sebelumnya menjadi contoh bagaimana proyek pembangunan skala besar bisa memberi dampak langsung terhadap okupansi hotel. Kini, tanpa kelanjutan pembangunan, hotel-hotel di sana berpotensi merugi lebih dalam.

Harapan Perbaikan di Paruh Kedua Tahun

Meski tantangan cukup berat, PHRI tetap optimistis bahwa semester kedua 2025 bisa membawa angin segar. Faktor musiman seperti liburan akhir tahun, Natal, dan Tahun Baru diprediksi akan membantu memperbaiki okupansi nasional, termasuk di daerah-daerah yang masih populer di kalangan wisatawan.

Namun, untuk Kalimantan Timur, kebangkitan mungkin tidak akan sebesar daerah lain. Menurut Hariyadi, faktor kunci tetap pada kepastian kelanjutan pembangunan IKN. Tanpa itu, sektor perhotelan di Kaltim akan terus berada dalam posisi tertekan.

Kesimpulan

Penurunan okupansi hotel di Indonesia sepanjang 2025 merupakan gambaran nyata betapa erat kaitannya sektor perhotelan dengan dinamika ekonomi, baik dari kebijakan pemerintah maupun aktivitas swasta. 

Kalimantan Timur menjadi provinsi yang paling merasakan dampak, dengan terhentinya proyek IKN sebagai pemicu utama.

Sementara itu, daerah-daerah wisata unggulan seperti Bali, Yogyakarta, Solo, dan Bandung masih dapat bertahan berkat tingginya minat wisatawan. 

Ke depan, keberlanjutan proyek strategis nasional dan pemulihan ekonomi menjadi penentu apakah okupansi hotel Indonesia bisa kembali stabil dan bahkan meningkat.

Terkini