Shutdown AS dan Uptober Dorong Bitcoin Tembus US$125.000

Senin, 06 Oktober 2025 | 14:19:31 WIB
Shutdown AS dan Uptober Dorong Bitcoin Tembus US$125.000

JAKARTA - Reli Bitcoin kembali mencuri perhatian dunia keuangan. Bukan hanya karena menembus rekor baru di atas US$125.000, tetapi juga karena pergerakan ini terjadi di tengah gejolak ekonomi global yang dipicu oleh penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS) serta tren musiman “Uptober” yang sejak lama dikenal investor kripto.

Menurut data Coinmarketcap, Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi US$125.689 pada Minggu 5 Oktober 2025 waktu New York. Angka ini melampaui rekor sebelumnya, yakni US$124.514 yang tercatat pada 14 Agustus 2025. Sepanjang tahun berjalan, mata uang kripto terbesar di dunia itu sudah menguat lebih dari 30%.

Arah Dana Bergeser ke Aset Alternatif

Reli Bitcoin kali ini tidak berdiri sendiri. Kenaikan tersebut sejalan dengan penguatan indeks saham AS dan derasnya arus masuk ke produk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) berbasis Bitcoin.

Sementara itu, laporan Bloomberg pada Senin 6 Oktober 2025 menyoroti faktor lain: penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang dimulai sejak Rabu pekan lalu. Kondisi ini mendorong investor mencari alternatif aset lindung nilai dalam skema yang populer disebut sebagai “debasement trade”.

Artinya, ketika ketidakpastian fiskal melanda, sebagian besar pelaku pasar lebih memilih menaruh dana pada instrumen yang dianggap relatif aman dari depresiasi dolar, salah satunya Bitcoin.

Pola Musiman “Uptober”

Momentum Oktober ternyata memberi tambahan dorongan. Dalam satu dekade terakhir, Bitcoin sembilan kali mencatatkan kenaikan sepanjang bulan Oktober. Catatan historis ini menambah keyakinan investor bahwa tren “Uptober” kembali berulang pada tahun ini.

Pada pertengahan perdagangan Minggu, harga Bitcoin memang sempat terkoreksi ke kisaran US$123.000, tetapi tren bullish tetap terjaga.

“Dengan banyak aset termasuk saham, emas, bahkan barang koleksi seperti kartu Pokémon yang mencetak rekor tertinggi, tidak mengejutkan Bitcoin ikut diuntungkan dari narasi pelemahan dolar AS,” ujar Joshua Lim, Co-Head of Markets di FalconX, perusahaan pialang kripto.

Iklim Regulasi Lebih Bersahabat

Selain faktor teknikal dan musiman, iklim regulasi juga ikut menopang. Di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump, aturan terkait aset digital dinilai lebih akomodatif, memberikan ruang lebih luas bagi investor institusi untuk masuk ke pasar kripto.

Sejumlah perusahaan publik bahkan berinisiatif menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang. Salah satu tokoh yang mempelopori tren ini adalah Michael Saylor melalui perusahaannya, Strategy. 

Dengan mengakumulasi Bitcoin sebagai cadangan aset, langkah tersebut menciptakan efek domino yang kemudian diikuti oleh investor korporasi lain dan bahkan memperluas minat ke aset kripto selain Bitcoin, seperti Ether.

Kondisi ini semakin memperkuat reli pasar aset digital di sepanjang tahun.

Dampak ke Pasar Tradisional

Fenomena reli Bitcoin beriringan dengan rekor baru di bursa saham AS. Pada Jumat (3/10/2025), sejumlah indeks Wall Street mencetak level tertinggi berkat gelombang merger dan akuisisi di sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Meski demikian, ancaman penutupan pemerintahan jangka panjang serta pelemahan aktivitas bisnis tetap membayangi. Imbal hasil obligasi (US Treasury) dan dolar AS pun berada dalam tekanan, sementara emas mencatat reli tujuh pekan beruntun akibat meningkatnya aksi beli bank sentral di tengah tren penurunan suku bunga dan kekhawatiran inflasi global.

Dengan kata lain, Bitcoin tidak hanya dipandang sebagai aset digital, melainkan juga bagian dari portofolio global yang bergerak seiring perubahan arah pasar tradisional.

Shutdown AS Jadi Pemicu Utama

Geoff Kendrick, Global Head of Digital Assets Research di Standard Chartered Plc., menegaskan bahwa peran shutdown AS kali ini cukup signifikan. 

“Penutupan pemerintahan kali ini memang berpengaruh,” ujarnya.

Menurut Kendrick, reli Bitcoin berpotensi berlanjut selama periode shutdown masih berlangsung. Ia menambahkan bahwa kondisi pasar saat ini berbeda dibandingkan periode penutupan pemerintahan 2018–2019, ketika pergerakan Bitcoin belum sepenuhnya sejalan dengan aset berisiko tradisional.

Artinya, keterkaitan Bitcoin dengan dinamika makroekonomi semakin erat. Kini, investor memperlakukannya sejajar dengan emas dan saham dalam merespons ketidakpastian global.

Kesimpulan

Rekor Bitcoin yang menembus US$125.000 tidak hanya mencerminkan optimisme investor terhadap aset digital, tetapi juga menggambarkan pergeseran strategi portofolio global di tengah situasi genting, seperti penutupan pemerintahan AS dan pelemahan dolar.

Dengan dukungan tren musiman “Uptober”, iklim regulasi yang lebih bersahabat, serta keterlibatan investor institusi, Bitcoin semakin kokoh menempatkan diri sebagai salah satu instrumen investasi utama.

Ke depan, reli ini masih berpotensi berlanjut selama faktor makroekonomi tetap mendukung. Shutdown AS, tekanan inflasi, serta arah kebijakan suku bunga akan menjadi variabel penting yang terus dipantau pelaku pasar.

Bitcoin tidak lagi sekadar fenomena digital, melainkan instrumen yang kian menyatu dalam lanskap keuangan global.

Terkini