Strategi Distribusi Bulog Tekan Harga Beras Jelang Akhir 2025

Senin, 06 Oktober 2025 | 09:44:46 WIB
Strategi Distribusi Bulog Tekan Harga Beras Jelang Akhir 2025

JAKARTA - Menjelang penutupan tahun 2025, tekanan harga beras yang sempat menjadi perhatian publik kini mulai terkendali. Salah satu kuncinya adalah langkah cepat Perum Bulog melalui optimalisasi Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang berjalan masif di seluruh wilayah Indonesia. 

Dengan pasokan melimpah dan strategi distribusi berlapis, Bulog berhasil menahan potensi lonjakan harga sekaligus menjaga inflasi tetap stabil.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Mokhamad Suyamto, menegaskan bahwa pelaksanaan SPHP tidak hanya fokus pada distribusi beras murah, tetapi juga pada pemerataan akses pangan di berbagai lapisan masyarakat.

“Kami memastikan SPHP terus dimasifkan melalui tujuh saluran distribusi utama, sehingga masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya dalam bentuk harga beras yang lebih terjangkau,” ujar Suyamto

Ia menambahkan, dengan stok yang mencukupi dan strategi yang tepat, Bulog optimistis tekanan harga beras menjelang akhir tahun dapat dikendalikan. Pendekatan yang dilakukan Bulog kini tidak sekadar reaktif, tetapi bersifat antisipatif terhadap perubahan pola pasokan dan konsumsi nasional.

Deflasi Beras Jadi Bukti Efektivitas Intervensi

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa langkah intervensi Bulog mulai membuahkan hasil. Pada September 2025, Indonesia mencatat inflasi bulanan sebesar 0,21 persen. 

Menariknya, komoditas beras yang biasanya menjadi penyumbang utama inflasi justru mengalami deflasi sebesar 0,13 persen, memberikan andil negatif -0,01 persen terhadap inflasi umum.

Fenomena ini menunjukkan bahwa tekanan harga beras yang biasanya meningkat menjelang akhir tahun berhasil diredam. Menurut BPS, penurunan harga beras dipicu oleh kombinasi panen gadu di sejumlah sentra produksi dan intervensi pemerintah melalui SPHP.

Kondisi ini menjadi indikator bahwa strategi distribusi masif Bulog berjalan efektif. Pasar tradisional dan ritel modern kini mendapat pasokan beras dengan harga stabil, sementara masyarakat di daerah rawan pangan mulai kembali mudah memperoleh beras dengan harga wajar.

Tujuh Jalur Distribusi Jadi Andalan SPHP

Program SPHP dilaksanakan melalui tujuh saluran distribusi utama yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jalur tersebut meliputi:

Pasar tradisional,

Pasar ritel modern,

Jaringan Koperasi Desa Merah Putih (KDMP),

Kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama TNI, Polri, serta pemerintah pusat dan daerah,

Outlet BUMN Pangan,

Jaringan Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog, dan

Distribusi langsung berbasis komunitas.

Pendekatan multi-kanal ini memastikan bahwa beras SPHP dapat diakses tidak hanya di kota besar, tetapi juga di wilayah-wilayah dengan infrastruktur distribusi terbatas. Melalui kerja sama lintas sektor, mulai dari BUMN, pemerintah daerah, hingga lembaga kemasyarakatan, SPHP menjadi program yang adaptif terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat.

“Dengan stok yang cukup dan strategi distribusi yang tepat, BULOG optimis tekanan harga beras menjelang akhir tahun dapat terkendali,” tegas Suyamto.

Rekor Penyaluran SPHP Sepanjang Tiga Tahun Terakhir

Sepanjang September 2025, Bulog mencatat capaian signifikan dengan penyaluran beras SPHP mencapai 143.866 ton, meningkat 59 persen dibandingkan Agustus 2025. Angka ini menjadi rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir, sekaligus memperlihatkan komitmen perusahaan dalam menjaga stabilitas pangan nasional.

Hingga 3 Oktober 2025, total beras SPHP yang telah disalurkan mencapai 462 ribu ton, atau sekitar 30 persen dari target nasional sebesar 1,5 juta ton. Capaian ini menandakan bahwa Bulog tidak hanya menjalankan fungsi penyaluran, tetapi juga memainkan peran strategis dalam menjaga keseimbangan pasar dan kestabilan harga.

Lonjakan penyaluran tersebut juga memperlihatkan efisiensi logistik Bulog yang semakin baik. Penguatan kerja sama dengan pelaku distribusi lokal, optimalisasi gudang penyimpanan, serta sinergi dengan BUMN pangan lainnya memungkinkan program SPHP berjalan lebih cepat dan tepat sasaran.

Menjaga Daya Beli dan Stabilitas Inflasi

Pemerintah melalui Bulog memahami bahwa pengendalian harga beras memiliki dampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Sebagai komoditas utama dalam konsumsi rumah tangga, fluktuasi harga beras sering kali menjadi faktor dominan dalam pergerakan inflasi nasional.

Dengan langkah stabilisasi yang konsisten, Bulog tidak hanya menjaga ketersediaan pangan, tetapi juga menahan potensi tekanan inflasi dari sisi permintaan. Strategi ini terbukti ampuh di tengah dinamika global yang masih memengaruhi rantai pasok bahan pangan.

Kombinasi antara pasokan domestik yang kuat dan intervensi SPHP membuat pemerintah lebih leluasa mengatur keseimbangan pasar. Masyarakat, terutama di lapisan menengah ke bawah, dapat menikmati harga beras yang lebih stabil tanpa harus bergantung pada subsidi besar.

Optimisme Jelang Akhir Tahun

Menjelang akhir 2025, tantangan stabilisasi harga pangan masih membayangi, terutama karena perubahan iklim dan siklus panen yang tidak merata di beberapa daerah. Namun, dengan sistem distribusi berlapis dan cadangan stok yang terjaga, Bulog optimistis situasi dapat dikendalikan.

“Capaian ini menegaskan efektivitas program SPHP dalam menjaga ketersediaan dan keterjangkauan harga beras di pasar serta menahan tekanan inflasi menjelang akhir tahun,” ujar Suyamto.

Langkah Bulog di penghujung 2025 tidak hanya soal distribusi beras, tetapi juga penguatan ketahanan pangan nasional. Melalui strategi berbasis data, kolaborasi lintas sektor, dan komitmen untuk melayani publik, Bulog menempatkan diri sebagai garda terdepan dalam menjaga stabilitas ekonomi rakyat.

Dengan tren harga yang mulai terkendali dan distribusi yang semakin efisien, Bulog berhasil menunjukkan bahwa kebijakan pangan yang terencana dengan baik bisa menjadi kunci utama dalam menjaga inflasi tetap rendah dan daya beli masyarakat terjaga menjelang akhir tahun.

Terkini