Menaker Tekankan Keseimbangan Industri Sawit dan Pekerja

Rabu, 10 September 2025 | 08:45:12 WIB
Menaker Tekankan Keseimbangan Industri Sawit dan Pekerja

JAKARTA - Industri kelapa sawit menjadi salah satu sektor strategis bagi perekonomian Indonesia. Namun, Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, menekankan bahwa keberlanjutan industri ini harus berjalan seiring dengan kesejahteraan pekerja. Menurutnya, komunikasi yang konstruktif dan dialog sosial menjadi fondasi untuk menciptakan industri sawit yang adil, produktif, dan berkelanjutan.

Pernyataan tersebut disampaikan Yassierli pada acara The 3rd IPOWU (International Palm Oil Workers United) International Meeting bertema “Kerja Layak di Perkebunan Kelapa Sawit: Perspektif Global, Kebijakan Rantai Pasok, Kesetaraan Gender, dan Dampak Agrokimia” yang digelar di Jakarta. Ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara keberlanjutan industri dan perlindungan pekerja sawit agar sektor ini tetap menjadi penopang ekonomi nasional.

Peran Strategis Industri Sawit

Menurut Yassierli, industri kelapa sawit memiliki kontribusi besar terhadap devisa negara, penyerapan tenaga kerja, dan pengembangan wilayah pedesaan. “Industri kelapa sawit memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Karena itu, penting untuk terus menjaga keseimbangan antara keberlanjutan industri dan kesejahteraan pekerja,” jelasnya.

Selain aspek ekonomi, keberlanjutan industri sawit juga berkaitan dengan praktik ramah lingkungan dan sosial. Keseimbangan ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi seluruh pihak, mulai dari pemerintah, pengusaha, hingga pekerja, untuk memastikan industri sawit tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga adil bagi tenaga kerjanya.

Dialog Sosial Sebagai Kunci

Yassierli menekankan bahwa dialog antara pengusaha dan pekerja menjadi kunci utama dalam menjaga keberlanjutan industri sawit. “Kemnaker selalu mendukung upaya-upaya memperkuat hubungan bipartit di dunia kerja. Dialog sosial yang baik adalah fondasi utama untuk menciptakan dunia kerja yang lebih adil, berkelanjutan, dan produktif,” ungkapnya.

Dialog sosial memungkinkan penyelesaian masalah di tingkat operasional, menciptakan saling pengertian antara pekerja dan manajemen, serta memperkuat komitmen terhadap standar kerja yang layak. Dengan komunikasi yang transparan, pekerja dapat menyampaikan aspirasi, sementara pengusaha mampu menyesuaikan praktik operasional untuk mendukung kesejahteraan karyawan.

Pertumbuhan Tenaga Kerja di Industri Sawit

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah tenaga kerja yang terserap di industri sawit meningkat signifikan dari 12,5 juta orang pada 2015 menjadi 16,5 juta orang pada 2024. Dari jumlah tersebut, 9,7 juta merupakan tenaga kerja langsung yang terdiri dari 5,2 juta pekerja perkebunan sawit rakyat dan 4,5 juta karyawan perusahaan perkebunan milik negara maupun swasta.

Selain itu, terdapat sekitar 8 juta pekerja tidak langsung yang berperan dalam mendukung rantai pasok industri sawit, seperti pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) dan Crude Palm Oil (CPO), pemasok pupuk, penyedia peralatan perkebunan, serta penyedia layanan pendukung lain. “Sisanya 8 juta orang merupakan tenaga kerja tak langsung yang bergerak pada kegiatan pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) dan Minyak Sawit Mentah (CPO), supplier pupuk dan alat-alat perkebunan, supplier alat-alat kantor, dan kegiatan lainnya yang terkait dengan perkebunan kelapa sawit,” pungkas Yassierli.

Kesejahteraan Pekerja dan Keberlanjutan Industri

Menjaga keseimbangan antara kepentingan industri dan pekerja menjadi langkah strategis untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Yassierli menekankan bahwa pekerja yang sejahtera memiliki produktivitas lebih tinggi, sementara praktik industri yang berkelanjutan menjamin kelangsungan bisnis dan pelestarian lingkungan.

Implementasi prinsip kerja layak, termasuk perlindungan hak-hak pekerja, pelatihan keterampilan, dan perhatian terhadap keselamatan kerja, menjadi bagian dari strategi pembangunan industri sawit yang inklusif. Kesejahteraan pekerja dan keberlanjutan industri saling terkait, sehingga tidak bisa dipisahkan dalam kebijakan maupun praktik operasional sehari-hari.

Tantangan dan Peluang Industri Sawit

Industri sawit menghadapi tantangan global, termasuk standar internasional terkait lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, pemerintah dan pengusaha dituntut untuk menyesuaikan praktik produksi dengan regulasi global, sambil tetap memperhatikan kesejahteraan pekerja lokal.

Yassierli menegaskan, kolaborasi semua pihak sangat penting. Pemerintah, pengusaha, dan pekerja harus bekerja sama menciptakan ekosistem yang seimbang, di mana industri berkembang, pekerja terlindungi, dan masyarakat pedesaan mendapatkan manfaat ekonomi yang adil.

Optimisme Masa Depan

Dengan pendekatan yang menekankan dialog sosial, perlindungan pekerja, dan keberlanjutan industri, Yassierli optimistis industri sawit Indonesia akan terus berkembang secara produktif dan berkeadilan. Strategi ini tidak hanya memperkuat ekonomi nasional, tetapi juga memastikan setiap pekerja merasakan manfaatnya.

Meningkatkan kapasitas pekerja melalui pelatihan, memperkuat hubungan bipartit, serta mempromosikan praktik ramah lingkungan merupakan langkah-langkah yang perlu diimplementasikan secara konsisten. Dengan begitu, industri sawit Indonesia bisa menjadi contoh bagaimana pembangunan ekonomi dan kesejahteraan pekerja berjalan seiring.

Keberhasilan industri sawit tidak hanya diukur dari kontribusi ekonomi, tetapi juga dari kemampuan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, adil, dan produktif. Dengan menjaga keseimbangan ini, industri sawit diharapkan mampu bersaing di pasar global sekaligus memberdayakan pekerja secara maksimal.

Terkini