Harga Komoditas Dunia Terkini: Timah Melonjak, Nikel dan Minyak Mentah Menurun

Kamis, 30 Januari 2025 | 12:01:48 WIB
Harga Komoditas Dunia Terkini: Timah Melonjak, Nikel dan Minyak Mentah Menurun

Perkembangan harga komoditas dunia menunjukkan tren yang beragam pada penutupan perdagangan Rabu ini. Sementara harga timah mengalami kenaikan yang signifikan, beberapa komoditas lainnya seperti nikel dan minyak mentah justru mengalami penurunan. Berikut adalah rangkuman yang lebih mendalam mengenai kondisi harga komoditas dunia saat ini.

Minyak Mentah: Tren Penurunan Akibat Peningkatan Persediaan di AS

Pada perdagangan terbaru, harga minyak mentah mengalami penurunan yang cukup berarti. Harga minyak mentah Brent tercatat turun 1,2 persen menjadi USD 76,58 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar 1,6 persen, hingga mencapai nilai terendah tahun ini di angka USD 72,62 per barel. Penurunan ini terutama disebabkan oleh peningkatan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat yang mencapai 3,46 juta barel dalam satu minggu terakhir.

Menurut data dari Badan Informasi Energi AS, peningkatan ini terjadi karena penurunan dalam aktivitas penyulingan untuk minggu ketiga berturut-turut. Selain itu, pemerintah AS juga mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko yang mulai berlaku pada 1 Februari. Hal ini, menurut para pengamat, dapat memperburuk ketidakstabilan pasar minyak dalam jangka pendek, seiring dengan kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global dan sanksi energi terhadap Rusia.

Batu Bara: Harga Menurun di Tengah Peningkatan Pasokan

Pasar batu bara juga mengalami tekanan, dengan harga turun 0,22 persen dan menetap di USD 114,80 per ton. Harga batu bara Newcastle mendekati level terendah hampir empat tahun di USD 114 per ton, terutama akibat lonjakan pasokan dari produsen utama dunia. Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batubara China melaporkan bahwa produksi batu bara negara tersebut diproyeksikan akan meningkat 1,5 persen mencapai 4,82 miliar ton pada tahun 2025.

Di sisi lain, cuaca yang lebih basah di daerah produksi utama di China dan peningkatan produksi tenaga hidroelektrik turut berkontribusi terhadap penurunan permintaan batu bara. Sementara itu, di Eropa, sumber energi alternatif seperti tenaga surya mulai mengambil alih peran batu bara, mengikuti tren kuat sepanjang tahun 2024.

CPO: Penguatan Harga Menjelang Libur Imlek

Sementara itu, di pasar minyak kelapa sawit (CPO), harga mengalami peningkatan 1,59 persen, naik menjadi MYR 4.282 per ton. Penguatan ini dipicu oleh penurunan produksi yang cukup signifikan. Asosiasi Minyak Sawit Malaysia melaporkan penurunan 14 persen dalam produksi domestik selama tiga minggu pertama Januari. Selain itu, tindakan pemerintah Indonesia untuk menjaga pasokan LNG juga memicu kenaikan harga minyak sawit sebagai sumber daya listrik alternatif, mempertahankan permintaan yang cukup kuat.

Namun, di sisi lain, harga minyak kedelai yang rendah di India menjadi faktor penekan yang membatasi kenaikan lebih lanjut pada pasar CPO. "Permintaan minyak sawit cukup kuat, terutama karena penggunaan CPO sebagai bahan baku biofuel semakin meningkat," ujar seorang analis minyak sawit dari Malaysia.

Nikel: Tekanan Akibat Hilirisasi di Indonesia

Pasar nikel mengalami tekanan yang cukup signifikan dengan harga turun 1,34 persen menjadi USD 15.405 per ton. Penurunan harga ini terjadi meskipun ada upaya dari produsen nikel utama Indonesia untuk mengurangi kuota penambangan nikel. Namun, kebijakan ini ternyata tidak cukup untuk menyeimbangkan kelebihan pasokan global yang diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan.

Indonesia, sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia, melarang ekspor bijih nikel sejak tahun 2020, memicu peningkatan proyek peleburan oleh perusahaan-perusahaan China di dalam negeri. Selain itu, perkembangan teknologi baterai terbaru di China yang mulai mengurangi penggunaan nikel turut menambah tekanan terhadap logam ini.

Timah: Kenaikan Didukung Oleh Kekhawatiran Pasokan

Sementara itu, harga timah naik 1,49 persen, mencapai USD 30.106 per ton di London Metal Exchange (LME). Lonjakan harga ini didorong oleh kekhawatiran pasokan, terutama dari tambang timah di Negara Bagian Wa, Myanmar, yang mengalami penurunan output. Situasi ini berdampak pada ketersediaan bijih untuk pabrik peleburan di China.

Di Indonesia, penurunan produksi juga terlihat akibat pembatasan kuota penambangan timah. "Permintaan timah tetap solid meskipun ada kekhawatiran penurunan aktivitas manufaktur di China," ungkap seorang analis pasar logam dari Hong Kong.

Tren ini menunjukkan bahwa meskipun ada tekanan dari sisi pasokan, beberapa komoditas seperti timah masih terus mencatatkan kenaikan harga di tengah ketidakpastian permintaan. Sementara itu, pasar komoditas lain seperti minyak mentah dan nikel masih terus berjuang menghadapi tantangan global yang ada.

Terkini