Jakarta - Dalam upaya meningkatkan akses kepemilikan rumah bagi masyarakat luas, Bank Tabungan Negara (BTN) gencar mempersiapkan skema pembiayaan Kredit Perumahan Rakyat (KPR) yang dikustomisasi khusus untuk pekerja sektor informal, seperti tukang cukur dan pengemudi ojek online. Langkah ini menjadi terobosan signifikan di tengah tantangan sektor informal yang kerap terkendala pembuktian dokumen finansial.
Nixon Napitupulu, Direktur Utama PT BTN, mengungkapkan optimisme baru saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, pada Rabu, 8 Januari 2024. "Kalau kaya supir ojek online, kita ada kerja sama dia potong harian, nah itu bisa ada dokumen kan. Jadi bisa juga (mengajukan kredit)," jelas Nixon, Kamis, 9 Januari 2025.
Visi BTN untuk mempermudah akses KPR bagi sektor informal ini dilandasi atas kebutuhan mendesak untuk menciptakan sistem pembuktian finansial yang lebih adaptif. Pekerja sektor informal sering kali tidak memiliki dokumen keuangan formal, seperti slip gaji, yang biasanya menjadi syarat utama pengajuan kredit di bank. "Kalau bank kan harus liat dokumen. Sedangkan kalau sektor informal kan dokumennya rada kacau. Memang kita lagi buat, udah deh dia nabung 3-6 bulan dari itu saja dokumennya, kalau trek record nabungnya bagus ya kita kasih," papar Nixon menjelaskan solusi yang sedang dirancang.
Melalui pendekatan ini, BTN berharap bisa melihat kapasitas finansial para pekerja informal melalui kebiasaan menabung mereka. Ini memungkinkan bank untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kemampuan mereka membayar cicilan rumah. Nixon menegaskan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada ojek online, tetapi juga sektor lainnya, termasuk tukang cukur.
Lebih dari itu, BTN telah menjalin kemitraan strategis dengan paguyuban tukang cukur Asal Garut (Asgar). Melalui kerja sama ini, paguyuban berfungsi sebagai agen untuk memverifikasi keabsahan pemohon. "Artinya verifikasi orang ini baik ndak, bener dagang ndak, bukan penipu. Kalau asosiasi kita sudah nemu, tapi kalau yang lepasan ini kita cari cara terus deh mungkin nabung caranya," tambah Nixon.
BTN saat ini juga telah memanfaatkan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk mendukung program KPR bagi sektor informal, dengan alokasi sekitar 10 persen dari total kuota FLPP. "At least kita pingin 20 persen dari FLPP itu bisa disalurkan dari sektor informal," ungkap Nixon, menandakan peningkatan target yang ingin dicapai BTN.
Inisiatif ini tak hanya sekedar menawarkan solusi pembiayaan, tetapi juga menciptakan pilar penting bagi para pekerja informal dalam mewujudkan impian memiliki rumah pribadi. Melalui inovasi ini, BTN diharapkan dapat membuka akses yang lebih luas dan inklusif bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya sering terabaikan dalam sistem keuangan tradisional.
Keberhasilan langkah ini tentu tak lepas dari tantangan, mulai dari meningkatkan kesadaran hingga kesiapan teknologi dan sumber daya manusia. Namun, dengan adanya target yang jelas dan mekanisme verifikasi yang terorganisir, inisiatif ini berpeluang memperkuat posisi BTN sebagai pelopor inklusi keuangan di sektor perumahan.
Bagaimanapun, kemajuan teknologi digital dan peningkatan literasi keuangan di kalangan pekerja informal, menjadi kunci sukses dari program ambisius ini. Dengan begitu, BTN optimis bahwa KPR bagi pekerja sektor informal bukan hanya impian, tetapi kenyataan yang segera terwujud.
Dengan mengimplementasikan skema baru ini, BTN tidak hanya berperan sebagai penyedia layanan keuangan, tetapi juga sebagai katalis perubahan sosial yang mampu mengangkat kehidupan masyarakat pekerja informal. Ini adalah langkah penting untuk memberdayakan dan mengubah lanskap kepemilikan rumah di Indonesia.